Senin, 10 Februari 2025 | Aula Kantor Bupati Enrekang
Pemerintah Kabupaten Enrekang bersama Indonesian Centre for Nutrition Studies (ICONS) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin dan Yayasan Kegizian Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI) telah melaksanakan kegiatan diseminasi dan sosialisasi hasil pemantauan fortifikasi garam yang berlangsung pada Senin, 10 Februari 2025, bertempat di Aula Kantor Bupati Enrekang. Kegiatan ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kekurangan yodium dan stunting yang masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat di daerah tersebut.
Kegiatan yang dilaksanakan secara hybrid ini dihadiri oleh Plt. Bupati Enrekang, Sekretaris Daerah, serta perwakilan dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) seperti Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Peternakan dan Perikanan, Bappeda, BKKBN, serta Kepala Puskesmas se-Kabupaten Enrekang. Hadir pula secara daring perwakilan dari BPOM dan tim KFI pusat.
Kegiatan ini diawali dengan sambutan dari Dra. Nina Sardjunani selaku Direktur Eksekutif KFI yang menjelaskan bahwa kegiatan pemantauan ini merupakan bagian penting dari siklus pengelolaan program pembangunan, khususnya program fortifikasi garam. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya fortifikasi garam sebagai intervensi kunci dalam mencegah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), yang erat kaitannya dengan keterlambatan perkembangan kognitif dan prevalensi stunting.
Sambutan juga disampaikan oleh Prof. Dr. Abdul Razak Thaha yang menyoroti kondisi paradoksal Kabupaten Enrekang sebagai daerah dengan Indeks Pembangunan Manusia tertinggi di Sulawesi Selatan, namun dengan prevalensi stunting yang tetap tinggi. Hal ini menjadi dasar kuat bagi ICONS FKM Unhas untuk melakukan studi mendalam di wilayah ini, dan hasilnya menguatkan bahwa defisiensi yodium masih menjadi penyebab utama stunting persisten.
Selanjutnya, Plh. Sekretaris Daerah Kabupaten Enrekang, Ir. H. Mursalim Bagenda, MP, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas perhatian dan kerja sama yang telah diberikan oleh KFI dan ICONS FKM Unhas. Ia menekankan bahwa meskipun Kabupaten Enrekang kaya akan sumber daya pangan lokal, hal tersebut belum sepenuhnya berdampak positif terhadap status gizi masyarakat. Oleh karena itu, ia mendorong adanya sinergi lintas sektor dan pelaksanaan Peraturan Bupati Enrekang No. 139 Tahun 2023 secara konsisten sebagai upaya bersama dalam memperbaiki situasi ini.
Paparan hasil pemantauan disampaikan oleh Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D. dari ICONS FKM Unhas, yang menjelaskan bahwa pemantauan dilakukan di 30 desa/kelurahan dengan melibatkan 300 rumah tangga sebagai responden. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar garam yang beredar adalah produk bermerek, belum seluruhnya memiliki kadar yodium sesuai standar. Bahkan, ditemukan masih adanya rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan kadar yodium 0 ppm. Di sisi lain, terdapat wilayah seperti Kecamatan Baraka yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam konsumsi garam beryodium setelah adanya intervensi dan edukasi.
Kegiatan ini juga mencakup diskusi interaktif lintas sektor yang menggali berbagai aspek teknis dan kebijakan terkait distribusi, produksi, dan konsumsi garam beryodium. Berbagai masukan strategis disampaikan, termasuk pentingnya pengawasan terhadap distributor, perlunya pelatihan tentang proses fortifikasi, serta penyediaan alat uji cepat kadar yodium di tingkat layanan dasar seperti puskesmas.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, para pemangku kepentingan menyepakati rencana aksi bersama yang mencakup penguatan regulasi, peningkatan kapasitas SDM, pemantauan rutin kadar yodium, serta edukasi berkelanjutan kepada masyarakat. Seluruh langkah ini diharapkan dapat mendorong percepatan pencapaian cakupan konsumsi garam beryodium di atas 90% pada tahun 2029, serta turut mendukung penurunan prevalensi stunting secara signifikan di Kabupaten Enrekang.
Kegiatan diseminasi dan sosialisasi ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara akademisi, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat menghasilkan intervensi kesehatan yang berbasis data dan kontekstual. Kabupaten Enrekang diharapkan dapat menjadi model inspiratif bagi daerah lain dalam penguatan program fortifikasi pangan untuk membangun generasi yang lebih sehat dan unggul.
0 Comments